Bursa Efek Indonesia punya satu cara untuk menjaga harga saham yang jarang diperdagangkan tetap rasional, namanya Full Call Auction atau disingkat FCA. Lewat mekanisme ini, semua order beli dan jual dikumpulkan dulu dalam satu waktu, lalu dicocokkan secara serentak untuk menghasilkan satu harga kesetimbangan.
FCA diterapkan pada saham-saham yang masuk Papan Pemantauan Khusus atau yang dianggap punya likuiditas rendah. Tujuannya agar harga saham tidak naik-turun hanya karena satu dua transaksi kecil. BEI mulai menerapkan sistem ini secara bertahap sejak 2021, dan per Juni 2024, puluhan saham sudah dikenai FCA.
Sistem ini bukan sekadar fitur teknis. Di pasar yang aktif sekalipun, likuiditas yang rendah bisa membuka celah untuk fluktuasi harga yang tidak masuk akal. Lewat FCA, BEI ingin memastikan bahwa harga terbentuk berdasarkan akumulasi permintaan dan penawaran yang nyata, bukan karena satu aksi beli atau jual tunggal yang terlalu menonjol.
Kenapa Dan Bagaimana Kerja FCA?
Pasar saham idealnya mencerminkan keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Tapi pada saham yang volumenya kecil, harga bisa bergerak liar hanya karena satu aksi beli atau jual. Inilah celah yang coba ditutup oleh FCA.
Saham yang masuk ke Papan Pemantauan Khusus biasanya memiliki karakteristik tertentu: transaksi hariannya sangat rendah, harganya stagnan di level Rp50–51, atau perusahaan belum menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu. BEI mengatur ini melalui Peraturan Bursa Nomor II-S.
Salah satu tujuan FCA adalah menahan risiko distorsi harga yang bisa terjadi dalam hitungan menit. Dengan cara ini, investor tidak perlu khawatir harga saham berubah drastis hanya karena satu transaksi kecil yang kebetulan muncul di pasar yang sepi. Ini juga membantu menjaga kredibilitas harga di mata investor yang lebih luas.
Begitu sebuah saham masuk ke dalam papan itu, BEI bisa langsung menerapkan FCA. Ini bukan hukuman, melainkan bentuk perlindungan agar harga tidak gampang dimanipulasi. Hal ini juga sejalan dengan upaya BEI untuk meningkatkan kualitas pasar, baik dari sisi transparansi maupun efisiensi.
Berbeda dari sistem reguler di mana order langsung dieksekusi saat cocok, FCA punya pola kerja dua langkah: kumpulkan dulu, lalu eksekusi serentak.
BEI biasanya menjadwalkan FCA dua kali sehari: pagi pukul 09.00 dan sore pukul 15.15 WIB. Selama sesi berlangsung, investor bisa memasukkan order seperti biasa. Tapi tidak ada transaksi yang terjadi sampai waktu lelang tiba.
Sistem kemudian mencocokkan seluruh order beli dan jual, lalu menentukan harga yang paling seimbang—yakni harga di mana volume beli dan volume jual bertemu pada titik optimal. Inilah yang disebut harga kesetimbangan. Semua transaksi yang memenuhi harga ini akan dieksekusi. Order yang tidak cocok akan otomatis gugur atau menunggu sesi berikutnya.
Metode ini mendorong semua pelaku pasar, baik ritel maupun institusi, untuk mempertimbangkan harga yang masuk akal secara kolektif, bukan berdasarkan reaksi sesaat. Ini juga mendorong disiplin dalam memasukkan order, karena investor tahu mereka hanya punya satu kesempatan dalam satu sesi.
Studi Kasus
PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) sempat masuk ke Papan Pemantauan Khusus karena pergerakan harganya dianggap terlalu fluktuatif untuk ukuran volume transaksinya yang rendah.
Sebelum masuk FCA, harga FREN sering melonjak tajam atau turun drastis hanya karena satu transaksi bernilai kecil. Hal ini membingungkan investor dan membuat harga saham terlihat tidak konsisten.
Setelah BEI menerapkan FCA, data RTI Business menunjukkan bahwa volatilitas harga FREN menurun signifikan. Harga tak lagi melonjak hanya karena satu pembelian besar, dan spread antara harga beli dan jual menjadi lebih rapat. Ini membuat harga lebih mencerminkan kondisi pasar yang sebenarnya.
Bagi investor ritel, kondisi ini jauh lebih sehat. Mereka tidak lagi “terjebak” oleh harga yang terangkat tinggi tanpa alasan yang jelas. Dan bagi manajer investasi, sinyal harga dari FREN menjadi lebih layak dianalisis.
FCA juga terjadi di bursa di Luar Bursa efek Indonesia, seperti Bursa Korea Selatan (korsel). Bursa Korsel juga menggunakan sistem serupa pada sesi pembukaan dan penutupan. Data dari Korea Exchange menunjukkan bahwa saham-saham kecil yang menggunakan call auctionmencatat harga pembukaan yang lebih stabil, dengan spread yang lebih sempit dibanding perdagangan biasa.
Di Bursa Malaysia, sistem pre-opening call market juga diterapkan. Semua order dikumpulkan terlebih dahulu, lalu dicocokkan untuk menetapkan harga pembukaan. Tujuannya sama: membuat harga lebih wajar dan transparan.
Hasilnya cukup seragam. Pada saham-saham yang tidak aktif, metode seperti FCA terbukti menurunkan volatilitas dan memperbaiki akurasi harga. Ini menjadi bukti bahwa sistem semacam ini relevan dan bisa diandalkan dalam ekosistem pasar manapun.
Apa Artinya Bagi Investor?
Bagi investor ritel, FCA mengubah cara transaksi. Tidak bisa lagi berharap order langsung tereksekusi dalam hitungan detik. Strategi masuk dan keluar harus disesuaikan dengan waktu lelang.
Tapi ada keuntungannya juga. Investor jadi tahu lebih dulu berapa estimasi harga kesetimbangan sebelum transaksi terjadi. Ini memberi waktu untuk menimbang ulang, apakah akan tetap lanjut atau tarik order.
Sementara bagi investor institusi, FCA memberi jalur masuk yang lebih terkontrol ke saham-saham yang dulu dianggap “tidak aman” karena mudah bergerak. Mereka bisa mengeksekusi transaksi besar tanpa memicu lonjakan harga yang tidak proporsional.
Satu keuntungan lainnya: investor jadi terdorong untuk berpikir jangka menengah, bukan sekadar mengejar momentum harian. Pola ini sejalan dengan edukasi pasar yang selama ini digaungkan regulator dan pelaku industri.
Perlu dicatat, FCA bukan satu-satunya alat untuk menjaga harga saham tetap rasional. Ini bagian dari sistem yang lebih besar: klasifikasi papan, pengawasan terhadap emiten, dan regulasi keterbukaan informasi.
Namun dalam konteks saham-saham yang volumenya kecil, FCA efektif menahan risiko distorsi harga. Sistem ini menutup celah bagi transaksi spekulatif yang merugikan investor lain, terutama yang tidak punya akses informasi atau kecepatan eksekusi seperti pelaku besar.
BEI juga menekankan bahwa FCA tidak dimaksudkan untuk membatasi perdagangan, melainkan untuk menjaga kredibilitas harga. Selama mekanisme ini berjalan transparan, investor tetap punya kontrol penuh atas keputusan jual-beli mereka.
Kesimpulan
FCA hadir sebagai penyeimbang. Ia bekerja diam-diam di balik layar, tetapi dampaknya nyata: menjaga agar harga saham sepi transaksi tidak melenceng dari logika pasar.
Dengan sistem ini, investor punya alasan yang lebih kuat untuk percaya bahwa harga yang terbentuk benar-benar mencerminkan kekuatan jual dan beli, bukan karena satu tangan yang bermain sendiri.
Bagi pasar, FCA bukan hanya alat teknis, tapi bentuk perlindungan terhadap kredibilitas. Dan bagi pelaku pasar, memahami cara kerja sistem ini bisa jadi pembeda antara keputusan yang asal dan keputusan yang berbasis informasi.