Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat lonjakan tajam sebesar 3,17% sepanjang pekan perdagangan 21–25 Juli 2025. Dibuka dari posisi 7.311 pada Jumat sebelumnya, indeks ditutup di 7.543 pada akhir pekan ini menjadi level penutupan tertinggi sepanjang tahun berjalan. Kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) juga meningkat 3,36%, dari Rp13.079 triliun menjadi Rp13.519 triliun. Meski demikian, peningkatan ini terjadi bersamaan dengan turunnya nilai transaksi harian, yang memberi sinyal kontras antara momentum teknikal dan kekuatan fundamental pasar.
Di tengah penguatan indeks, nilai transaksi harian rata-rata justru turun 3,19% menjadi Rp16,09 triliun, dari sebelumnya Rp16,62 triliun per hari. Penurunan ini terjadi saat volume perdagangan naik 6,41% menjadi 27,4 miliar lembar saham per hari dan frekuensi transaksi meningkat 2,37% ke 1,73 juta transaksi harian. Artinya, pasar menjadi lebih aktif dari sisi jumlah transaksi dan volume saham, tetapi tidak diikuti oleh nilai nominal transaksi. Hal ini mengindikasikan adanya pergeseran aktivitas ke saham-saham berkapitalisasi kecil atau harga rendah.

Fenomena ini dapat memperbesar risiko likuiditas nilai bagi investor institusional, terutama yang terbiasa masuk ke saham besar dengan nominal tinggi. Ketika volume meningkat tetapi nilai tidak ikut naik, spread harga cenderung melebar dan risiko eksekusi menjadi lebih tinggi. Bagi pelaku pasar yang mengelola dana besar, kondisi ini bisa membatasi fleksibilitas dalam mengambil atau melepas posisi dalam jumlah signifikan.
Sementara itu, investor asing kembali mencatatkan aksi jual bersih. Pada Jumat, 25 Juli, net foreign sell tercatat sekitar Rp233–234 miliar di seluruh pasar. Jika dihitung sepanjang tahun, total penjualan bersih asing sudah mencapai Rp59,64 triliun. Ini menunjukkan bahwa kenaikan IHSG dalam beberapa bulan terakhir lebih banyak digerakkan oleh investor domestik atau tekanan teknikal daripada arus masuk modal asing.
Net sell asing yang terus berlanjut di tengah penguatan IHSG menjadi perhatian tersendiri. Biasanya, indeks yang menguat tajam akan disertai dengan net buy asing sebagai konfirmasi fundamental. Namun yang terjadi pekan ini adalah sebaliknya, kapital keluar dari investor asing tetap berlanjut meski indeks mencetak rekor tahunannya. Ini mengindikasikan kehati-hatian pelaku pasar global terhadap risiko dalam negeri atau valuasi yang dianggap mulai menipis margin keuntungannya.
Di sisi lain, bagi investor yang sudah memiliki eksposur di pasar, penguatan IHSG memberi dampak positif berupa peningkatan unrealized gain dalam portofolio. Namun dengan kondisi net sell asing yang masih tinggi dan likuiditas nilai yang menurun, risiko profit taking semakin besar. Hal ini terutama berlaku untuk saham-saham berkapitalisasi besar yang bisa terdampak lebih dalam oleh pelepasan posisi institusi.
Secara psikologis, penembusan IHSG ke level tertinggi tahun ini bisa menjadi katalis tambahan untuk masuknya investor ritel ke pasar. Lonjakan indeks sering kali diikuti oleh peningkatan partisipasi ritel, terutama ketika berita penguatan IHSG tersebar luas. Namun sentimen ini harus diimbangi dengan kewaspadaan, karena reli yang terlalu cepat tanpa dukungan nilai transaksi kuat atau arus modal asing bisa berisiko koreksi teknikal dalam jangka pendek.
Dengan situasi ini, investor disarankan melakukan rebalancing portofolio secara berkala dan menggunakan strategi manajemen risiko seperti trailing stop untuk mengunci keuntungan jika harga bergerak terlalu tinggi. Dalam kondisi saat ini, pendekatan yang adaptif menjadi penting menghindari eksposur berlebih pada saham-saham yang sudah mengalami kenaikan tajam, dan meninjau ulang saham yang bergerak tanpa dukungan fundamental atau volume transaksi yang sehat.
Momentum IHSG saat ini mencerminkan kekuatan pasar domestik, tetapi juga menunjukkan bahwa struktur penggerak pasar belum sepenuhnya seimbang. Investor lokal menopang indeks, sementara investor asing justru keluar dari posisi. Selama gap ini belum tertutup, pergerakan indeks akan tetap rentan terhadap volatilitas eksternal maupun pergeseran sentimen tiba-tiba.
Menarik Disimak :
- Mengapa Asing Ramai Memilih Menjual Sahamnya ? Baca selengkapnya disini
- Ternyata Return Pasar Modal Luar Negeri lebih tinggi. Baca selengkapnya disini
- Mau melakukan rebalancing portfolio ? Cek dulu data Fundamental emiten pasar modal Indonesia. Cek disini
- Butuh kombinasi portoflio saham agar punya return tinggi ? Cek disini